Arsip

Archive for the ‘Al-ISLAM’ Category

” Usaha Atas Iman “

19 Januari 2010 1 komentar

Apa yang terjadi ketika air di letakan di
dalam freezer yang bersuhu 0 derajat celcius,
tentu saja air akan membeku, begitu juga mana
kala air yang sudah membeku tadi di keluarkan
dari dalam freezer dan di taruh di ruangan yang
bersuhu mencapai 38 derajat celcius pastinya
dalam hitungan menit air yang beku itu akan
mencair dan kembali menjadi air seperti semula
ketika sebelum di masukan ke dalam freezer.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? karena air
sangat tergantung dengan suasana dan keadaan.
Begitu pun iman kita hari ini yang masih sangat di
pengaruhi oleh suasana dan keadaan layaknya
sebuah air.
Penampakan seperti ini akan semakin
jelas mana kalau menjelang Ramadhan , dimana
kita berbondong-bondong menjadi orang yang
mendadak alim. Namun sayangnya ketika cahaya
syawal mulai menjelang kita kembali seperti
semula sebagaimana air yang membeku di
keluarkan dari dalam freezer, lambat laun,
perlahan tapi pasti iman kita makin lama semakin
menipis baik disadari atau tidak ( tapi sebagian
besar dari kita menyadari akan keterkikisan iman
kita ).
Iman merupakan perkara yang sangat
penting , lebih penting hanya dari sekedar makan
dan minum, karena iman lah yang membuat
para sahabat ra mulia dan membuat Fir’aun,
Qorun, Nambrut menjadi hina, Iman juga dapat
membuat hamba menjadi tuan dan tuan menjadi
seorang hamba ( kisah nabi Yusuf dan Zulaikah ) .
Iman bukan perkara yang begitu saja
turun dari langit seperti hujan, melainkan iman
hanya akan datang mana kala kita ada usaha atas
perkara itu, sebagaimana hari ini kita paham ,
uang hanya bisa datang kalau kita ada kerja untuk
mendapatkannya, maka begitu juga hal nya
dengan iman. Dahulu para sahabat nabi berjuang
mati-matian untuk perkara ini, Bilal ra rela disiksa
dan di tindih batu yang besar di atas terik padang
pasir yang panas demi mendapatkan iman,
Sumayah Ummu Amar r.ha telah menjadi syahid
setelah sebelumnya ditombak kemaluannya olah
Abu Jahal demi mempertahankan imannya.
Para sahabat nabi sangat paham atas
hal itu , bahwa tiada yang lebih berharga di dunia
dan akhirat selain iman. Dunia adalah darul asbab,
semua perlu sebab, ingin menghilangkan lapar
perlu makan, ingin menghilangkan haus perlu
minum, ingin mempunyai anak harus kawin.
Begitu juga untuk mendapatkan iman, maka kita
perlu usaha atas iman.
Allah swt menghendaki kita untuk
bahagia, dan untuk bahagia kita harus
mengamalkan agama. Allah swt, menjadikan
agama untuk kebahagiaan, bukan untuk
menjadikan manusia menderita.
Kalau ada orang yang mengamalkan
agama hidupnya menderita berarti mereka
mengamalkan agama yang salah yang tidak
sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Semua
orang ( baik awam maupun ulama ) sepakat
bahwa untuk menjayakan kembali umat Islam
hanya dengan satu cara back to Islam ( kembali
ke Islam ).
Hanya yang menjadi masalah adalah
bagaimana mengembalikan ummat kepada
Islam?
Ada yang berpendapat untuk
mendatangkan agama kepada ummat Islam
harus memiliki kekuasaan, ada juga yang
mengatakan harus memiliki harta benda yang
banyak.
Kekuasaan tidak mendatangkan
manusia kepada agama, mengapa?
Kita lihat Shirah Nabawi :
Kepada Rasulullah saw, ditawarkan
kekuasaan oleh orang Quraisy, akan diangkat
menjadi raja di Makkah bahkan tidak hanya orang
Quraisy, tetapi Allah swt, juga menawarkan
dengan menurunkan malaikat-Nya dan bertanya
kepada Rasulullah saw, “Ya Muhammad apakah
engkau ingin menjadi Mulkan Nabiyan ( Nabi yang
raja seperti Sulaiman as, Daud as ) atau menjadi
Abdan Rasullan ( Nabi yang hamba ).”
Untuk menjawab pertanyaan ini
Rasulullah saw memandang ke arah Jibril.
Jibril mengatakan , “Tawadu’ya
Muhammad di hadapan Allah.”
Maka Nabi memilih menjadi Abdan
Rasullan. Bahkan gelar tertinggi nabi adalah
Abdullah.
Nabi mengatakan ,”Aku duduk seperti
duduknya hamba dan makan seperti makannya
hamba.” Bahkan menurut beberapa riwayat di
rumah nabi berbulan-bulan tidak ada makanan
selain air dan kurma.
Bayangkan kalau kita ada di posisi nabi
sekarang , maka pasti kita akan memilih
kekuasaan, lantas kita akan berkata kepada semua
orang dengan gaya seperti Abu Jahal dan Abu
Lahab, “ Kemarilah kalian, masuk Islamlah, jika
tidak , aku penggal kepalamu.”
Astaghfirullah.
Harta benda tidak memajukan orang
dalam agama. Ada seorang ulama
menyampaikan bayan ( ceramah kalau bahasa
kitanya ), “Wahai saudara! Uang kamu tidak
bisa memajukan kamu dalam agama.”.
Orang kaya protes, mereka berkata ,
“Wahai syaikh, kami akan buktikan bahwa uang
bisa memajukan kami dalam agama!”
Maka orang kaya itu pergi ke masjid
dan mereka melihat orang miskin duduk di shaf
pertama sedangkan orang kaya di shaf ke dua.
Orang kaya itu berkata kepada orang miskin itu,
“Wahai saudara! Saya beri kamu uang asalkan
tempat kamu saya gantikan.” Orang miskin itu
setuju dan uang berpindah tangan, orang kaya di
shaf pertama, dan kini orang miskin di shaf
kedua.
Orang kaya beranggapan bahwa
uangnya mampu memajukan dia dalam agama,
“Syaikh! Tuan salah, Tuan mengatakan bahwa
harta tak memajukan kami dalam agama, tetapi
nyatanya kami maju karena uang yang ada pada
kami.”
Syaikh bertanya, “Bagaimana bisa
terjadi?”
Orang kaya itu berkata,”Di masjid ada
seorang miskin yang duduk pada shaf pertama
dan kami ada di shaf kedua, lalu kami beri dia
uang agar ia mau mundur dan kami maju.
Karena uang kami maka kami maju, itu tanda
uang kami bisa memajukan kami dalam agama!”.
Syaikh bertanya, “Wahai Saudaraku,
ketika uang ada di kantongmu, kamu berada di
shaf ke berapa?”.
Jawabnya, “Di shaf ke dua.”
Syaikh bertanya, “Ketika uang lepas
dari kantong kamu maka kamu berada di shaf
keberapa?”.
Jawabnya, “Di shaf pertama”.
Syaikh berkata, “Ketahuilah wahai
saudara! Ketika uang ada padamu justru kamu
berada di shaf kedua ( kamu mundur ), dan ketika
kamu ubah menjadi sedekah maka kamu ada di
shaf pertama. Jadi bukan uang yang memajukan
kamu, tetapi sedekah kamu. Dan orang miskin
yang menerima uang kamu jadi mundur, uang
menjadikan dia di shaf kedua.”
Kepada Rasulullah ditawarkan kekayaan
oleh orang Quraisy, bahkan Allah swt.
menawarkan melalui malaikat Jibril, “Ya
Muhammad, Jika engkau mau maka akan
kujadikan semua gunung di Hama menjadi
emas”.
Rasulullah saw menjawab,”Aku lebih
suka sehari lapar sehari kenyang, pada saat aku
lapar aku bisa bersabar dan pada saat aku
kenyang aku bisa bersyukur”.
Coba kalau kita yang ada di posisi nabi
sekarang , maka pasti kita akan memilih
kekayaan, lantas kita akan berkata kepada semua
orang dengan gaya seperti Abu Jahal dan Abu
Lahab, “ Nih, satu gunung emas buat kamu, asal
kamu masuk Islam.” Astaghfirullah.
Dakwah Nabi tidak mengenal
kekuasaan atau benda-benda/kekayaan.
Mengapa? Agar manusia murni mengenal Allah,
mengenal kehebatan-Nya, kekuasaan-Nya tanpa
tercampur dengan apa pun. Karena iman yakin
yang demikian akan menjamin keamanan dan
hidayah bagi manusia.
Lantas apa yang mesti kita lakukan agar
iman kita tetap stabil?.
Sebagaimana layaknya air yang tetap
mengeras bila di dalam freezer , maka begitu juga
kita, tapi bukan berarti iman kita di masukan ke
dalam freezer, melainkan kita mencari komunitas
yang bisa membuat iman kita tetap stabil
malahan kalau bisa semakin meningkat,
seumpama freezer yang membentuh air menjadi
es.
Dimulai dengan memilih teman-teman
yang mendukung ke arah perbaikan
tersebut.dengan tak lupa mendakwahkan dan
mempraktekan kebaikan kepada orang lain, Dan
dengan sekuat tenaga mengajak diri dan keluarga
kita kearah perbaikan.
Abu Hurairah r.a mengatakan bahwa
rumah yang di dalamnya dibacakan alqur’an
yang mulia, maka berkah dan kebaikan akan
memenuhi ahli rumah tersebut. Malaikat akan
turun memenuhi rumah tersebut, dan syaitan
akan keluar darinya. Sebaliknya bagi rumah yang
di dalamnya tidak dibacakan alqur’an, maka
kehidupannya akan penuh dengan kesempitan
dan ketidak berkahan, malaikat akan keluar dari
rumah tersebut, dan syaitan akan masuk
memenuhi rumah tersebut. Sekarang
pertanyaannya, Sudah kah hari ini kita membaca
aqlur’an di rumah kita, atau malah kita sibuk
membaca surat kabar.
Ayo lakukan gerakan perubahan
dimulai dari diri kita dan keluarga kita, jadi kan
rumah-rumah kita seperti freezer yang dapat
membentuk generasi yang mencintai Allah swt
dan Rasul-Nya diatas segalanya.