Beranda > Uncategorized > Pengemis aja BANGUN PAGI

Pengemis aja BANGUN PAGI

Pengemis aja BANGUN PAGI
[Penulis : Hari ‘Soul’ Putra – http://www.p3kcheckup.com]

Menjadi kebiasaan saya setiap pagi untuk bangun lebih awal sebelum azan shubuh berkumandang. Ada saja yang bisa saya kerjakan untuk memasuki hari dengan penuh semangat. Setiap pagi berarti ada saja rezeki yang datang lebih awal, entah sebuah inspirasi yang muncul, kesegaran membasuh muka dan berwudhu atau menghirup oksigen bersih di bawah rindangnya pepohonan.
Pagi itu setelah shalat shubuh, saya bergegas untuk berangkat ke Bogor naik kereta api untuk menjadi Manager on the stage, pada acara Motivasi Olahraga. Waktu masih pukul 05.15 Wib ketika saya sampai di Stasiun UI (Universitas Indonesia) Depok. Dari pengeras suara, petugas menyatakan kalau kereta tujuan Bogor 15 menit lagi akan memasuki Stasiun UI.
Tidak berapa lama kemudian, kereta yang ditunggu sudah berada di Stasiun UI. Ini adalah kereta paling pagi yang berangkat dari Stasiun Mangarai, Jakarta Selatan. Setelah naik, saya perhatikan kereta pagi itu tidak terlalu penuh seperti pemandangan yang saya lihat biasanya.
Kurang dari 7 menit, kereta bergerak dan sampai di Stasiun Depok baru. Dari sini mulai banyak penumpang yang memadati gerbong kereta. Ada satu pemandangan menarik yang saya lihat, ketika satu kloker (kelompok kereta), analogi kloter jama’ah haji, terdiri dari beberapa pasang laki – laki dan perempuan yang kelihatannya seperti suami istri memasuki gerbong kereta. Dari penampilannya kelihatan unik, si laki – laki dengan caping bambu ala Pendekar Zaman Doeloe, dan si perempuan membawa buntalan yang disematkan dipunggungnya. Seperti ada komando, di setiap perhentian stasiun turun sepasang suami istri tersebut.
Ternyata setelah di dekati lebih jelas, mereka adalah pengemis yang biasanya mangkal di setiap stasiun untuk meminta – minta. Seperti ada aturan tidak tertulis, di setiap stasiun merupakan ‘wilayah aktivitas’ mereka yang terbagi dari beberapa kloker (kelompok kereta).
Sahabat inspirasi, untuk sebuah aktivitas, saya tidak menyebutnya profesi, walau mereka merasa itulah profesinya, karena profesi berasal dari bahasa latin “profess”, “professus”, “profesio”, yang artinya “to declare publicly”, “pengakuan atau pernyataan di depan umum”. bermakna punya keterampilan yang perlu dipelajari secara khusus. Aktivitas yang mereka lakukan tersebut jauh dari kata ‘mulia’, hanya anehnya, mereka merasa ‘menikmati’ dengan kesehariannya tersebut.
Nabi SAW pernah bersabda, ‘Tangan yang di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah’, ini maksudnya memberi lebih mulia ketimbang yang diberi. Maka berbahagialah para sahabat inspirasi sekalian jika setiap hari bisa terus memberi dan berbagi.
Yang ingin saya sampaikan pada kesempatan kali ini, jika mereka (Baca : pengemis-Pen) tadi datang dengan aktivitas meminta – minta, masih ada satu nilai yang saya dapatkan dari mereka, yaitu untuk suatu aktivitas tersebut, mereka bangun lebih pagi dari orang kebanyakan. Mereka masih percaya pada filsafat lama, bangun pagi banyak rezeki. Bangun pagi juga lebih sehat ketimbang bangun, terus tidur lagi.
Seharian mereka beraktivitas dari pagi sampai sore, hanya untuk menunggu belas kasihan dari orang lain. Pertanyaannya, tugas siapa ini buat mengangkat derajat kehidupan mereka agar di pandang mulia di mata masyarakat. Apakah sebatas tugasnya Departemen Sosial di Pemerintahan, atau peran swasta dengan CSRnya (Corporate Social Responsibility / tanggung jawab sosial perusahaan) atau peran dari Civil Society (masyarakat / warga), yang artinya tugas kita semua. Jika tugas kita semua, alangkah mulianya jika kita melihat mereka bukan dengan mata hina dan merendahkan, karena dengan mata hina dan merendahkan, hidayah kemuliaan akan di cabut dari diri kita, tetapi lihatlah kehinaan dan kerendahan para peminta – minta tersebut dengan mata kasih sayang, bahwasanya mereka juga bagian dari ummat Nabi Muhammad SAW.
Maka peran yang bisa kita lakukan, jika belum bisa mengentaskan mereka dari jurang kemiskinan mental dan kemiskinan harta tersebut, dengan berdo’a supaya mereka juga di beri hidayah kemuliaan untuk bisa bangkit menapaki kehidupan yang lebih baik dan lebih mulia.
Akhirnya sahabat inspirasi, untuk mengingatkan kita akan pentingnya bangun pagi, jadikanlah di waktu pagi kita untuk memberi hal terbaik baik buat orang lain dahulu, baru buat diri kita dan keluarga kita. Dan lihatlah orang lain bukan dengan mata hina dan merendahkan, tetapi lihatlah orang lain sebagai warga yang bertanggung jawab, baik secara sosial atau pun secara spiritual dengan mata kasih sayang dan kemuliaan. Itulah anugrah pagi paling indah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada kita, manusia yang di buat dalam sebaik – baiknya bentuk.

Wallahu’alam bisshawabe

Kategori:Uncategorized
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar